Pages - Menu

2013-05-12

CIRI-CIRI, PERANAN, DAN CARA REPRODUKSI JAMUR KELAS MYXOMYCETES, ANAK KELAS ASCOMYCETES, DAN ANAK KELAS DEUTEROMYCETES


Semua fungi adalah eukariotik, heterotrofok, dan kecuali khamir, multiseluler (atau multinukleus) fungi memperoleh makanannya dengan cara penyerapan, bukan dengan ingesti. Fungi mensekresikan enzim-enzim pencernaan ke luar tubuh, lalu menyerap produk-produk digesti yang terjadi di luar tersebut. Kebanyakan fungi memiliki dinding sel yang terbuat dari kitin. Semua fungi tidak memiliki flagella dan terbatas motilitasnya.

Fungi yang termasuk juga dalam Thallophyta mempunyai tiga kelas dan beberapa ordo. Diantaranya adalah kelas Myxomycetes, kemudian kelas Eumycetes dengan anak kelasnya Ascomycetes dan Deuuteromycetes, yang menjadi bidang kajian dalam makalah ini.


1.  Myxomycetes
Myxomycotes dikenal sebagai jamur lendir plasmodial / aseluler. Jamur lendir plasmodial biasanya hidup seperti plasmodium. Mereka memiliki lapisan lendir dan bersifat fagositosit terhadap materi tumbuhan di hutan atau lahan pertanian. Jamur lendir adalah bersifat heterotrof. Pada umumnya merupakan saprofit yang dapat menyerap makanan dari substrat. Jamur lendir tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendir hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah.

Myxomycetes adalah kelompok fungi yang tidak memiliki klorofil, yang secara filogenik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana. Myxomycetes sering disebut juga dengan jamur lendir karena tubuhnya yang berlendir. Selain itu Myxomycetes memiliki ciri-ciri dapat bergerak secara kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis negatif. Makanan cadangannya berupa glikogen. Pada jamur lendir tidak memiliki dinding sel, sel hanya dibatasi oleh membran plasma. Alat geraknya berupa pseudopia atau flagela.

Myxomycetes dapat tumbuh diatas media agar, selain itu habitatnya juga dapat ditemukan di tanah-tanah hutan, di atas daun-daun yang gugur, dalam kayu yang sudah lapuk, atau merayap kemana-mana. Makanan jamur lendir yaitu bakteri, protozoa, dan mikroorganisme yang lain.

Reproduksi Myxomycetes adalah dengan vegetatif  (membelah diri dan fragmentasi),  sporik (selalu dalam keadaan haploid dan dibentuk oleh tubuh buah atau langsung oleh plasmodium dewasa), dan gametik yang pada dasarnya merupakan tipe isogami-zoogami. Gamet pada cara pembiakan ini adalah miksamuba dan sel kembara.

Cara reproduksi pada kelas Myxomycetes adalah berupa plasmodium yang akan membentuk sporangium untuk menghasilkan spora. Spora dapat berkecambah dalam air atau substrat basah menjadi sel kembara yang disebut miksoflagellata. Miksoflagellata dapat berkembang menjadi miksoameba setelah bulu cambuknya lenyap. Selanjutnya pembiakan generatif dapat terjadi jika dua miksoameba mengadakan perkawinan menjadi amebozigot. Amebozigot dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dengan banyak inti. Plasmodium tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya berupa kumpulan protoplas yang menjadi satu.

Kelas Myxomycetes  menjadi subklas Ceratiomyxomycetidae (Exosporae) dan subklas Myxogastromycetidae (Myxogastres), yang dibagi menjadi beberapa ordo berdasarkan cara pembentukan spora, warna spora, bentuk tubuh buah, dan kadar kapur yang dikandung tubuh buah.

Manfaat dari jamur Myxomycetes yaitu memakan bakteri, protozoa, dan organisme lainnya, dengan kata lain dapat membantu manusia dalam membersihkan lingkungan. Di samping itu, jamur lendir berguna sebagai bahan studi tentang protoplasma dan morfogenesis dalam laboratorium.

2.  Kelas Eumycetes

Eumycetes memiliki ciri miselium bercabang-cabang dan bersepta, dinding selnya terdiri dari khitin. Pembiakan vegetatif dengan spora yang terbentuk endogen di dalam askus, atau eksogen pada basidium. Pembentukan askus dan basidium merupakan sifat-sifat yang spesifik dan menjadi dasar dalam membagi-bagi Eumycetes ke dalam taksa yang lebih kecil.

Askus dan basidium terkumpul dalam suatu badan buah yang terdiri dari pletenchym. Dalam badan buah, askus atau basidium itu tersusun tegak dan berjajar seperti jaringan tiang (palisade) bersama-sama dengan parifisis dan merupakan suatu lapisan yang disebut himenium.

Askus merupakan sporangium yang berbentuk buluh dengan jumlah spora 4 atau 8. Basidium adalah sporangium berbentuk gada yang menghasilkan 4 basidiospora secara eksogen. Akus dan basidium terkumpul dalam tubuh buah yang terdiri atas plektenkim. Selain kedua macam sporangium tersebut, terdapat konidium sebagai alat perkembangan.

Berdasarkan alat perkembangbiakannya, Eumycetes dibedakan menjadi tiga anak kelas, yaitu Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Berikut akan dijelaskan mengenai anak kelas Ascomycetes dan Deuteromycetes.

2.1  Anak Kelas Ascomycetes

Ascomycetes merupakan kelompok jamur yang membentuk spora khusus yang disebut askospora, yaiu spora yang terbungkus oleh semacam kantung yang disebut askus, yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan aseksual, juga dengan reproduksi seksual: penyatuan hifa positif dan negatif(konjugasi). Sementara alat perkembangbiakan aseksualnya adalah dengan membentuk konidia. Ascomycetes memiliki hifa atau miselium yang bersekat. Habitat alaminya adalah di tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan.
Adapun tahap-tahap pembentukan askospora adalah sebagai berikut:
1.      Terjadi konjugasi antara gametangia jantan dan gametangia betina.
2.      Kemudian, plasma kedua gametangia bersatu (plasmogami).
3.      Plasmogami dilanjutkan dengan kariogami (penyatuan inti haploid menjadi inti diploid).
4.      Terjadi meiosis diikuti pembentukan askospora secara endogen.

Ascomycetes dibedakan menjadi Protoascomycetes dan Euascomycetes.
1.      Protoascomycetes, memiliki miselium berbentuk benang, hifa eksogen, tubuh buah, serta himenium belum ada. Banyak yang haploid, tidak ada perguliran keturunan, zigot langsung terbentuk setelah perkawinan dan menjadi askus.
a.       Suku Dipodascaceae, memiliki hifa bersekat dengan banyak inti. Konjugasi dengan gametangium berbentuk paruh yang ujungnya bersatu setelah bersentuhan. Satu inti dari gametangium jantan membuahi satu inti gametangium betina, kemudian menonjol membentuk kerucut panjang, sementara sel haploid di dalamnya mengalami meiosis membnetuk askospora. Sebagai contoh adalah Dipodascus albidus.
b.      Suku Endomycetaceae, yang pada waktu muda sel-selnya berinti banyak, namun setelah dewasa setiap selnya hanya memiliki satu inti. Hasil kopulasi membulat dan berisi sejumlah spora belum tetap, yang kemudian membentuk askus berisi 8 askospora. Contohnya adalah Eremascus fertilis, E. albus, dan Endomyces magmasii.
c.       Suku Saccharomycetaceae, atau kahmir. Bersifat uniseluler, dalam keadaan tertentu dapat meperlihatkan hifa terputus-putus. Dinding sel berupa fosfoglikoprotein. Reproduksi dengan pertunasan. Pada beberapa jenis ada yang bereproduksi secara generatif, dimana dua sel berkopulasi membentuk zigot yang selanjutnya menjadi askus berinti diploid. Kemudian mengalami meiosis membentuk 4 atau 8 askospora yang kemudian tumbuh menjadi sel-sel vegetatif haploid.
Pada beberapa jenis lainnya, askospora dapat berkopulasi menjadi sel-sel vegetatif yang diploid dan tidak membentuk askus. Sel-sel itu mengadakan pertunasan membentu sel-sel yang bersifat sebagai askus, menagadakan meiosis dan membentuk askospora. Contoh dari jamur ini adalah genus Saccharomyces yang banyak digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman.
2.      Euascomycetes, memiliki 8 askospora yang tidak lanngsung terbentu dari zigot, namun melalui proses berikut:
a.       Sel-sel ujung hifa membesar menjadi satu badan berinti banyak, yang disebut askogonium.
b.      Pada ujung askogonium terdapat suatu tonjolan yang memanjang dengan ujung yang bengkok dengan banyak inti, disebut trikogin.
c.       Dari ujung hifa yang berdekatan ada yang sel-sel ujungnya berubah menjadi anteridium yang bersentuhan dengan ujung trikogin.
d.      Ujung trikogin membuka dan intinya berdegenerasi, inti anteridium masuk melalui trikogin ke dalam askogonium dan berdampingan dengan inti askogonium.
e.       Dari akogonium terbentuk hifa askogen, dan inti yang berpasangan tadi masuk ke dalamnya. Hifa askogen intilah yang disebut sebagai sporofitnya, karena menghasilkan askospora.
f.       Hifa askogen bercabang-cabang dan bersekat, dan pasangan inti memperbanyak diri dengan membelah serempak. Dengan ini setiap sel-sel hifa memiliki sepasang inti jantan dan betina.
g.      Terbentuk sakus dari sel-sel ujung cabang hifa askogen yang membengkok terlebih dahulu(membentuk seperti kait).
h.      Kemudian sepasang inti di dalamnya membelah membentuk dua pasang inti, kemudian yang sepasang menuju kait.
i.        Kait dengan tangkai yang lurus terpisah oleh dibentuknya dinding melintang. Sel kait dengan sepasang inti jantan dan betina itulah yang akan menjadi askus. Kedua inti itu melebur, lalu sel membesar menjadi sporangium gada dengan 1 inti diloid. Kemudian inti memelah meiosis membentuk 8 askospora.
j.        Periplasma akan mengembang dan dinding askus akan berkontraksi, sehingga askospora masak akan terlempar ke luar.
k.      Sel kait tadi kemudian bersatu kembali dengan tangkainya, dan inti di dalamnya kembali berpasangan. Dengan demikian, proses di atas dapat terulang.
Menjelang kopulasi, alat-alat kelaminnya diselubungi oleh selapis hifa haploid, pada saat pembentukannya, kait hifa ikut memanjang. Hifa askogen beserta askusnya membentuk tubuh buah. Askus beserta benang-benang steril yang berasal dari hifa pembalut itu merupakan suatu lapisan pada tubuh buah yang disebut himenium.
Euascomycetes terdiri dari bangsa-bangsa berikut
a.       Bangsa Perisporales, terdiri dari suku Ersiphaceae, suku Perisporiaceae, dan suku Microthyaceae. Contoh spesiesnya adalah Oidium heveae sebagai parasti pada daun karet, O. Tuckeri sebagai parasit pada tanaman anggur.
b.      Bangsa Plestascales, terdiri dari suku Gymnosascaceae, dan suku Aspergillaceae. Contoh spesiesnya adalah Aspergillus oryzae digunakan dalam pembuatan minuman beralkohol, A. wentii dugunakan dalam pembuatan kecap dan tauco karena dapat mengubah karbohidrat menjadi gula, Penicillium notatum menghasilkan antibiotik, dan P. glaucum penyebab bau apek pada roti.
Ascomcetes yang lebih tinggi tingkatan perkembangbiakannya dibedakan dala 2 golongan, yaitu Ascolocurales dan Ascohymeiales.
1.      Ascolocurales membentuk tubuh buah sebelum terjadinya alat kelamin, disebut pseudotesium. Pseudotesium terdiri atas plektenkim yang tidak rapat dan ruangan yang terisi askus. Askus berbentuk gada dan secara aktif melempar keluar spora yang ada di dalamnya. Ascolocurales terdiri dari tiga bangsa, yaitu bangsa Myrangiales, bangsa Pseudspheriales, dan bangsa Hemisphaeriales. Contoh spesiesnya adalah Fusicladum sp. yang menyebabkan penyakit scabies/kudis pada buah-buahan.
2.      Ascohymeniales membentuk tubuh buah setelah membentuk alat kelamin. Tubuh buah terdiri dari selubung hifa steril yang teranyam sebagai plektenkim, di dalamnya terdapat ruangan dengan parafisis dan askus yang tersusun seperti jaringan palisade, dan merupakan suatu lapisan yang disebut himenium. Ascohymeniales terdiri dari tiga bangsa, yaitu sebagai berikut:
a.       Bangsa Pyrenomycetasles, merupakan parasit atau saprofit pada kayu lapuk, buah, tanaman. Tubuh buah berupa peritesium yang berbentuk botol atau bulat. Beberapa anggotanya adalah suku Hypocreaceae dan suku Xylariaceae. Contoh spesiesnya adalah Cordyceps purpurea yang merupakan parasit pada larva serangga/ulat, dan Xylaria tabacina sebagai parasit pada petai cina.
b.      Bangsa Discomycetales memiliki tubuh buah berbentuk seperti piala atau cawan, yang dinamakan apotesium. Askus terletak di  permukaan atas tubuh buah. Berperan sebagai parasit atau saprofit pada kayu lapuk atau tanah yang mengandung sisa-sisa tumbuhan. Contohnya suku Helotiaceae dengan spsiesnya Botrytis cinerea yang menyerang buah anggur dengan mempertinggi kadar gulanya, dan suku Helvellaceae dengan spesiesnya Morchella esculenta yang tubuh buahnya dapat dimakan.
c.       Bangsa Tuberales memiliki tubuh buah di dalam tanah, berbentuk cawan. Miselium sebagai saprofit pada tanah-tanah hutan dan sering bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan sebagai mikoriza. Beberapa spesiesnya dapat dimakan, seperti Tuber melanosporum, T. rufum, dan T. aestivum.

2.2   Anak Kelas Deuteromycetes

Jamur Deuteromycetes adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk dalam jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur ini merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).

Jamur yang tergolong pada jamur imperfeksi banyak yang menimbulkan penyakit, misalnya, jamur Helminthosporium oryzae, dapat merusak kecambah, terutama menyerang buah dan menimbulkan nodanoda hitam pada daun inang; Sclerotium rolfsii merupakan penyakit busuk pada berbagai tanaman. Jenis jamur dalam kelompok ini yang menguntungkan adalah jamur oncom (Monilia sitophila atau sekarang bernama Neurospora sitophila).

Sebagian besar dari 17.000 spesies berkembang biak dengan konidia. Mereka digolongkan berdasarkan warna dan struktur konidia tersebut. Karena sebagian besar struktur kondia terlihat seperti jenis Ascomycetes, mereka diyakini berasal dari Ascomycetes yang kehilangan kemampuan untuk bereproduksi secara seksual. Dalam beberapa kasus, bentuk konidia terlihat seperti kelompok Basidomycetes.

Kebanyakan Deuteromycetes bersel banyak yang membentuk hifa tak bersekat, namun beberapa jenis merupakan organisme bersel tunggal yang membentuk pseudomiselium (miselium semu) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada jenis-jenis tertentu ditemukan hifanya bersekat dengan sel yang berinti satu, namun kebanyakan berinti banyak. Deuteromycetes berkembang biak dengan membentuk spora aseksual melalui fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.

Deuteromycetes bukan merupakan kelompok jamur yang sesungguhnya karena bila suatu jamur telah diketahui reproduksi seksualnya, akan dimasukkan ke dalam kelompok lain yang sesuai dengan tingkat reproduksi seksualnya tersebut. Contohnya Monila sitophila dulu dimasukkan ke dalam Deuteromycetes, namun setelah diketahui membentuk askokarp dan peritesium dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycota.

Reproduksi aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut konidiofor. Proses pembentukan konidium pada Deuteromycetes dapat terjadi melalui dua proses yang berlainan, yaitu holotalus dan enterotalus, serta holoblastik dan enteroblastik.

No comments:

Post a Comment